Jumat, 14 Oktober 2011

Sukun Dragbike Open Championship ’11 Kebumen AWAS TITIK JENUH HADIR!


Dua tahun belakangan, khususnya 2011 ini menjadi masa keemasan dragbike tanah air jika merujuk pada intenitas event yang sangat tinggi. Tidak hanya terfokus pada wilayah Jatim yang notabene sejak dulu memang identik dengan balap karapan, juga lingkup Jateng-Jogja masing-masing memiliki rata-rata antara 20-30 hajatan. Bahkan DKI Jakarta dan Jabar ikutan bergelora menyajikan. Bukan rahasia umum, fakta membuktikan jika banyak promotor yang selama ini cenderung memilih road race, berpindah haluan ke dragbike yang diklaim lebih menjanjikan.
So, hampir setiap minggu berlangsung kompetisi, bahkan kerap pula berbarengan dua hingga tiga pelaksanaan di Pulau Jawa. Sebagai ilustrasi dalam tiga Minggu yang telah berjalan dan satu Minggu kedepan, mulai dragbike Bekasi, kemudian bersamaan Semarang-Jogja, lalu Kebumen ini dan kedepan bertabrakan lagi Jogja dan Banyuwangi. Lebih lanjut dipahami, kondisi demikian yang bisa menjadi bumerang. Pelaku dalam hal ini tim merasa jenuh dan selanjutnya pilih-pilih.

“Dragbike memang perlu dikelola dengan pembenahan sistem. Kedepan harus dievaluasi dan diseleksi hingga kualitas penyelenggaraan lebih baik. Untuk 2012 mutlak dikaji ulang dalam berbagai unsur macam safety dan regulasi yang memberikan stimulus kepada pemula, “tegas Bambang Sudiro, Kabid Olahraga Pengprov IMI Jateng saat pagelaran Sukun Dragbike Open Championship 2011 yang berlangsung di lintasan Si Jago, Kebumen, Ahad lalu (17/4) dan diramaikan 200 starter.

Angka peserta tersebut tadi bisa diasumsi menjadi indikasi konteks jenuh. Ingat masih tanda-tanda. Belum kronis. Maklum saja, tidak ada daerah yang bersamaan menggelar dragbike. Kelas-kelas yang selama ini ramai macam OMR Satria FU150 atau Bebek 4 Tak s/d 200 cc cukup diikuti 10 petarung, ataupun Mio 200 cc dan Sport 4 Tak Tune-Up yang dihapus. Dikaji lebih dalam, faktor biaya balap dan prestasi yang diraih memiliki hubungan signifikan.

“Rata-rata setiap motor dalam sekali balap perlu biaya pembelian fast-moving antara 300-400 ribu, belum termasuk pendaftaran dan riset sebelumnya, “terang M Yusron, pemilik tim Alifka Motor Mbanter yang membawa 7 pacuan. Bisa dibayangkan bagi tim yang berulang-ulang fight namun tidak beroleh podium juara. Mereka akan berpikir ekstra keras. Alhasil, lebih strategis membuat skala prioritas terhadap banyaknya agenda.

“Pada sisi lain, secara manusiawi juga muncul kejenuhan jika bertarung setiap Minggu. Alhasil, muncul kebijaksanaan untuk memilih event tertentu. Variabel jarak tempuh dan  hadiah biasanya menjadi patokan, “analisa Bambang Gadhu dari Gadhuro Sport Club sebagai penyelenggara yang akan menghadirkan juga event ini di Jatim dan Jabar. Tunggu saja tanggal mainnya !

“Jika balapan tiap Minggu kecenderungan mekanik tidak akan riset lagi. Ini yang membuat power motor tidak berkembang, juga keawetan mesin, “timpal Antonius Petruk, dragbiker senior yang sukses meraih empat podium terbaik. Tidak kalah penting dicermati karena memiliki korelasi dengan titik jenuh diatas ialah membuat aturan main yang merangsang. Sangat diperlukan untuk mempertahankan ataupun menumbuhkan yang talenta anyar.

Misal strategi yang dilakukan Pengprov IMI Jatim dengan membatasi jumlah kelas yang diikuti alias tidak bebas. “Ini memang penting. Bayangkan jika para joki senior bertarung lebih dari 10 kelas. Kan kasihan yang pemula. Jika dibatasi, secara lengsung memberi kesempatan yang lain naik podium, “terang Drs. Lilik Kusnandar sebagai Pimpinan Lomba. Atau tetap konsisten mengadakan kelas-kelas lokal berdasar potensi masing-masing daerah. | ogy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar